Dua Ayat Ini Bikin Kamu Makin Berani Menghadapi Kenyataan dan Konflik

Quran Journaling Day 18 & 19 Bersama SAHAL: Berani Menghadapi Kenyataan dan Ikhlas Menerima Takdir Melalui Tadabbur Surat An Nisa Ayat 45 dan Yusuf Ayat 45

Published by: Aryanty | Date: 1 February 2025

Ketakutan atau trauma sering kali menjadi belenggu yang menghambat langkah kita. Rasa cemas akan masa depan, takut menghadapi kegagalan, trauma masa lalu, atau bahkan khawatir terhadap pandangan orang lain bisa membuat hati terasa sempit. Namun, tahukah kamu? Allah telah memberi kita jalan keluar dari ketakutan ini. Bukan dengan melawannya sendiri, tapi dengan bersandar kepada-Nya sepenuhnya.

Dalam Quran Journaling Day 18 dan 19, kita akan merenungi dua ayat penuh makna: An-Nisa ayat 45 yang mengajarkan bahwa hanya Allah sebaik-baiknya pelindung dari segala ancaman, serta Yusuf ayat 100 yang mengajarkan keikhlasan total dalam menerima takdir setelah melewati berbagai ujian. Dua ayat ini adalah kunci untuk melepaskan rasa takut dan menemukan ketenangan sejati dalam berserah. Mari kita pelajari bersama dan rasakan bagaimana kedekatan dengan Allah mampu menjadi penyembuh terbaik dalam proses self-healing kita!

Quote the Ayat

وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِاَعْدَاۤىِٕكُمْۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَلِيًّاۙ وَّكَفٰى بِاللّٰهِ نَصِيْرًا
Allah lebih tahu (daripada kamu) tentang musuh-musuhmu. Cukuplah Allah menjadi pelindung dan cukuplah Allah menjadi penolong (kamu). (An Nisa: 45)

وَرَفَعَ اَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهٗ سُجَّدًاۚ وَقَالَ يٰٓاَبَتِ هٰذَا تَأْوِيْلُ رُءْيَايَ مِنْ قَبْلُۖ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّيْ حَقًّاۗ وَقَدْ اَحْسَنَ بِيْٓ اِذْ اَخْرَجَنِيْ مِنَ السِّجْنِ وَجَاۤءَ بِكُمْ مِّنَ الْبَدْوِ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ نَّزَغَ الشَّيْطٰنُ بَيْنِيْ وَبَيْنَ اِخْوَتِيْۗ اِنَّ رَبِّيْ لَطِيْفٌ لِّمَا يَشَاۤءُۗ اِنَّهٗ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Dia (Yusuf) menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Mereka tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku, inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Sungguh, Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sungguh, Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Yusuf:100)

Understand the Context & Tafsir

Asbabun Nuzul An-Nisa Ayat 45

Ayat ini turun dalam konteks peringatan kepada kaum Muslimin tentang bahaya orang-orang Yahudi di Madinah yang selalu merencanakan tipu daya terhadap Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin. Mereka sering menunjukkan permusuhan secara tersembunyi dan menyebarkan fitnah. Allah mengingatkan kaum Muslimin agar tidak takut kepada mereka, karena Allah sendiri adalah sebaik-baiknya pelindung dan penolong.

Ayat ini menjadi penguat bagi kaum Muslimin untuk tetap teguh dalam iman, tidak terpengaruh oleh intimidasi, dan hanya bersandar kepada Allah dalam menghadapi musuh-musuh mereka.

Tafsir An-Nisa Ayat 45

Allah menegaskan bahwa Dia lebih mengetahui musuh-musuh kaum Muslimin dibanding mereka sendiri. Musuh-musuh ini sering menyembunyikan permusuhan di balik sikap yang terlihat baik, padahal tujuan mereka adalah menyesatkan dan menjauhkan kaum Muslimin dari jalan yang benar.

Allah mengingatkan kaum Muslimin untuk tidak tertipu oleh musuh-musuh tersebut dan agar selalu bersandar kepada-Nya. Hanya Allah yang mampu memberikan perlindungan sejati dan menolong kaum beriman dalam menghadapi ancaman.

Ayat ini juga menanamkan keyakinan bahwa cukuplah Allah sebagai wali (pelindung) dan nashir (penolong). Maka, orang-orang beriman harus bertawakal kepada Allah dan tidak khawatir terhadap tipu daya musuh, karena Allah pasti akan menolong mereka dan menjaga dari keburukan yang mereka rencanakan.

Pelajaran dari Ayat Ini:

  1. Dalam hidup akan selalu ada tantangan, musuh, dan rintangan. Namun, kita tidak perlu terlalu khawatir karena Allah Maha Mengetahui siapa musuh kita dan Dia adalah satu-satunya pelindung serta penolong yang sejati
  2. Tetap berusaha dengan cara yang benar, menjauhi kezaliman, dan menyerahkan segala urusan kepada Allah dengan penuh keikhlasan.

Asbabun Nuzul Yusuf Ayat 100

Ayat ini turun setelah kisah panjang perjuangan Nabi Yusuf ‘alaihis salam yang mengalami berbagai ujian, mulai dari dikhianati saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, difitnah, hingga dipenjara. Setelah melewati semua itu dengan kesabaran dan tawakal, akhirnya Allah mengangkat derajatnya sebagai pemimpin di Mesir.

Ketika keluarganya datang dan bersujud sebagai bentuk penghormatan, Nabi Yusuf pun menyadari bahwa semua ujian yang ia lalui adalah bagian dari rencana Allah yang indah. Ayat ini menjadi pelajaran besar tentang keikhlasan dalam menerima takdir Allah dan keyakinan bahwa setiap ujian akan berakhir dengan kebaikan bagi mereka yang bersabar dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya.

Ringkasan Tafsir Surah Yusuf Ayat 100

Ayat ini menggambarkan momen penuh haru ketika Nabi Yusuf mengangkat kedua orang tuanya ke atas singgasananya sebagai bentuk penghormatan. Keluarganya, termasuk sebelas saudaranya, lalu bersujud kepadanya sebagai bentuk penghormatan yang diperbolehkan dalam syariat mereka saat itu.

Nabi Yusuf kemudian menyampaikan kepada ayahnya bahwa peristiwa ini merupakan perwujudan dari mimpinya semasa kecil, yang telah Allah SWT jadikan kenyataan. Ia menyatakan bahwa Allah telah melimpahkan banyak kebaikan kepadanya, termasuk membebaskannya dari penjara dan mempertemukan kembali keluarganya setelah setan memicu perselisihan antara dirinya dan saudara-saudaranya.

Dalam ayat ini, Yusuf menunjukkan akhlak yang luhur dengan tidak menyebutkan kejadian saat ia dilempar ke dalam sumur agar tidak menyakiti hati saudara-saudaranya. Ia juga menisbatkan kesalahan kepada setan, bukan kepada mereka secara langsung.

Ayat ini menutup dengan penegasan bahwa Allah SWT Maha Lembut dalam ketetapan-Nya, Maha Mengetahui segala hikmah di balik kejadian, serta Mahabijaksana dalam menentukan segala sesuatu.

Pelajaran dari Ayat Ini:

  1. Penghormatan kepada orang tua adalah akhlak yang harus dijaga, terutama ketika seseorang berada di posisi tinggi.
  2. Kesabaran dan keimanan kepada Allah akan membawa kebahagiaan dan akhir yang baik.
  3. Mimpi yang benar bisa menjadi pertanda masa depan, meskipun takwilnya bisa baru terwujud setelah bertahun-tahun.
  4. Keindahan akhlak Nabi Yusuf, yang tidak membalas dendam dan justru menjaga perasaan saudara-saudaranya.
  5. Allah Maha Lembut dalam takdir-Nya, sering kali kebaikan datang dari ujian yang tidak kita sadari hikmahnya.

Reflection

Berikut beberapa pertanyaan refleksi yang bisa kita renungkan saat membaca Surat An Nisa ayat 45 dan Yusuf ayat 100.

  1. Sejauh mana aku benar-benar percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pelindung dan penolong dalam hidupku?
  2. Ketika menghadapi masalah atau musuh, apakah aku lebih dulu mencari solusi dengan cara duniawi, ataukah aku berserah diri dan memohon pertolongan kepada Allah?
  3. Siapa saja “musuh” dalam kehidupanku? Apakah mereka orang-orang yang nyata, ataukah godaan hawa nafsu dan bisikan syaitan?
  4. Apakah aku pernah terjebak dalam permusuhan yang tidak perlu karena tidak bersikap bijak?
  5. Bagaimana cara aku membedakan teman sejati dan orang yang bisa membawa dampak buruk dalam hidupku?
  6. Apakah aku mudah terpancing emosi dan membalas keburukan dengan keburukan, ataukah aku lebih memilih menyerahkan urusan kepada Allah?
  7. Bagaimana caraku bersikap terhadap orang yang tidak menyukaiku atau berniat buruk kepadaku?
  8. Apakah aku pernah merasa dendam terhadap seseorang dan sulit memaafkannya? Bagaimana jika aku menyerahkan semuanya kepada Allah?
  9. Apakah aku benar-benar yakin bahwa pertolongan Allah selalu datang tepat waktu?
  10. Dalam situasi sulit, apakah aku lebih banyak mengeluh, cemas, dan takut, ataukah aku bersabar dan bertawakal?
  11. Bagaimana cara aku meningkatkan keimanan agar hatiku lebih tenang dalam menghadapi masalah?
  12. Apa langkah konkret yang bisa aku lakukan agar lebih bersandar kepada Allah dalam menghadapi kesulitan hidup?
  13. Bagaimana aku bisa lebih banyak mengingat Allah saat menghadapi fitnah atau permusuhan?
  14. Apa doa atau amalan yang bisa aku lakukan agar selalu mendapatkan perlindungan dan pertolongan dari Allah?
  15. Bagaimana sikapku ketika menghadapi ujian hidup? Apakah aku bersabar seperti Nabi Yusuf atau justru mudah mengeluh?
  16. Apakah aku yakin bahwa setiap ujian yang aku hadapi adalah bagian dari rencana Allah untuk kebaikanku?
  17. Bagaimana caraku untuk tetap bertahan dalam kesabaran saat menghadapi kesulitan atau pengkhianatan?
  18. Apakah aku sudah berusaha mencari hikmah di balik setiap kejadian dalam hidupku, baik yang menyenangkan maupun menyakitkan?
  19. Apakah aku lebih fokus pada penderitaan yang aku alami atau mencoba melihat bagaimana Allah membimbingku ke arah yang lebih baik?
  20. Apa pelajaran terbesar yang bisa aku ambil dari perjalanan hidup Nabi Yusuf?
  21. Seberapa sering aku merasa putus asa dan lupa bahwa Allah memiliki rencana yang lebih indah untukku?
  22. Apakah aku benar-benar percaya bahwa Allah bisa mengubah kesulitan menjadi kemudahan dalam cara yang tidak aku duga?
  23. Jika aku mengalami pengkhianatan atau perlakuan buruk dari orang lain, apakah aku bisa memaafkan seperti Nabi Yusuf?
  24. Bagaimana sikapku terhadap keluargaku? Apakah aku berusaha menjaga hubungan baik meskipun pernah ada kesalahpahaman atau konflik?
  25. Apakah aku lebih memilih memaafkan atau menyimpan dendam ketika orang lain berbuat salah kepadaku?
  26. Bagaimana aku bisa lebih bersyukur atas nikmat Allah yang telah menyatukan keluargaku?
  27. Seberapa sering aku mengingat Allah dan bersyukur atas segala nikmat yang sudah diberikan kepadaku?
  28. Bagaimana aku bisa lebih bertawakal kepada Allah dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian?
  29. Apakah aku pernah merasakan bagaimana Allah menyelamatkanku dari keadaan sulit dan membawaku ke tempat yang lebih baik?

Apply in Life

Surat An Nisa ayat 25 menegaskan bahwa Allah lebih mengetahui siapa yang menjadi musuh kita, baik yang tampak maupun tersembunyi. Dia juga satu-satunya pelindung dan penolong sejati bagi orang-orang beriman, sehingga kita dapat menerapkan nilai tersebut dalamkehidupan sehari-hari sebagaimana berikut:

1. Percaya pada Rencana Allah

Jika kita sering merasa bingung dengan siapa yang benar-benar tulus dan siapa yang hanya memanfaatkan, ayat ini mengingatkan bahwa Allah mengetahui yang terbaik, dan kita hanya perlu bersandar kepada-Nya.

2. Menghindari Pergaulan yang Buruk

Banyak godaan di zaman ini, termasuk pergaulan yang menyesatkan. Allah memberi petunjuk bagi kita untuk menjauhi musuh-musuh yang bisa merusak iman, seperti teman yang mengajak kepada maksiat.

3. Tidak Berlebihan dalam Rasa Takut atau Dendam

Jika menghadapi orang yang tidak menyukai kita atau bahkan berniat buruk, jangan terpancing untuk membalas dengan kebencian. Serahkan urusan kepada Allah dan percayakan perlindungan kepada-Nya.

4. Menjadikan Allah sebagai Tempat Bergantung

Saat menghadapi ujian hidup seperti kegagalan, fitnah, atau kekecewaan, ayat ini mengajarkan bahwa hanya Allah yang bisa benar-benar menolong.

5. Bijak dalam Menghadapi Konflik

Mari kita pahami bahwa tidak semua orang bisa dipercaya, termasuk dalam dunia kerja atau relasi sosial. Namun, solusi terbaik bukanlah membalas dengan keburukan, tetapi menyerahkan urusan kepada Allah.

6. Menjaga Keimanan dalam Tekanan Hidup

Bisa jadi ada tantangan bagi kita berupa persaingan di tempat kerja, kesulitan ekonomi, atau masalah keluarga. Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mengandalkan manusia, tetapi selalu mengutamakan doa dan tawakal kepada Allah.

7. Tidak Mudah Terprovokasi oleh Fitnah atau Permusuhan

Dalam kehidupan sosial dan dunia digital, banyak sekali fitnah atau berita palsu. Ayat ini mengajarkan kita untuk tetap tenang, tidak reaktif, dan menyerahkan segala sesuatu kepada Allah.

8. Membentuk Lingkungan yang Baik

Jika Allah sudah memperingatkan tentang adanya musuh, kita harus cerdas dalam memilih lingkungan yang membawa kebaikan bagi keluarga dan anak-anak.

9. Menyadari Bahwa Hidup Adalah Ujian

Seiring bertambahnya usia, kita mulai memahami bahwa musuh dalam hidup bukan hanya manusia, tetapi juga hawa nafsu, syaitan, dan godaan duniawi. Allah adalah satu-satunya tempat berlindung.

10. Menjadi Penasihat yang Bijak

Ayat ini bisa menjadi pedoman kita dalam membimbing anak-anak atau generasi muda untuk tidak mudah terjebak dalam perselisihan atau kebencian.

11. Tawakal yang Lebih Kuat

Setelah banyak pengalaman hidup, kita lebih memahami pentingnya berserah diri kepada Allah. Tidak perlu takut kepada manusia, selama kita berada di jalan yang benar.

12. Menyiapkan Bekal Akhirat

Saat memasuki fase menuju lansia, kita semakin sadar bahwa pertolongan sejati bukanlah dari manusia, tetapi dari Allah. Ini menjadi pengingat untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Surat Yusuf ayat 100 memberikan banyak pelajaran hidup yang bisa direnungkan oleh setiap generasi, sebagai berikut.

1. Kesabaran dalam Ujian

Yusuf melewati banyak cobaan sejak kecil hingga dewasa, tetapi tetap sabar dan berpegang teguh pada iman. Ini mengajarkan kita untuk bersabar dalam perjuangan hidup, baik dalam karier, pendidikan, atau kehidupan pribadi.

2. Akhlak dan Sikap Positif

Yusuf tidak membalas kejahatan saudaranya, melainkan memilih untuk memaafkan. Kita bisa belajar untuk mengelola emosi, menghindari dendam, dan berbuat baik meskipun pernah disakiti.

3. Percaya pada Rencana Allah

Kita mungkin mengalami kegagalan, kehilangan, atau pengkhianatan, tetapi harus yakin bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik di masa depan.

4. Menghormati Orang Tua

Ketika sukses, Yusuf tidak melupakan keluarganya dan tetap menghormati kedua orang tuanya. Kita perlu meneladani sikap ini, tidak merasa sombong saat mencapai keberhasilan.

5. Memanfaatkan Posisi untuk Kebaikan

Yusuf menjadi pemimpin dan menggunakan kekuasaannya untuk menyelamatkan banyak orang. Saat kita telah sukses, harus berpikir bagaimana bisa memberi manfaat bagi orang lain, baik dalam keluarga, komunitas, atau dunia kerja.

6. Menjaga Silaturahmi

Yusuf tetap berusaha mendamaikan hubungan dengan saudara-saudaranya meskipun dulu mereka menyakitinya. Kita perlu merenungkan apakah masih ada konflik keluarga yang perlu diselesaikan dengan cara yang bijak.

7. Menghindari Kesombongan

Kesuksesan sering kali membuat manusia lupa diri. Yusuf justru mengakui bahwa semua pencapaiannya adalah karena pertolongan Allah. Maka, penting untuk kita tetap rendah hati dan bersyukur atas segala nikmat.

8. Memaafkan dan Melanjutkan Hidup

Yusuf tidak terus-menerus mengungkit masa lalu yang menyakitkan. Kita bisa belajar untuk tidak terjebak dalam dendam atau trauma lama, tetapi fokus pada masa depan yang lebih baik.

9. Sadari semua kejadian dalam hidupnya adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah. Kita bisa melihat kembali perjalanan hidup dengan lebih bijaksana dan penuh rasa syukur.

10. Menjadi Sumber Kedamaian dan Hikmah

Yusuf menjadi sosok yang mendamaikan keluarganya. Kita bisa berperan sebagai penengah dalam keluarga, memberikan nasihat yang baik, dan membantu menyelesaikan konflik dengan bijak.

11. Menjalin Kembali Hubungan yang Pernah Rusak

Yusuf tidak menyalahkan saudara-saudaranya, padahal kalau di zaman ini itu tergolong toxic sekali. Tetapi Beliau menisbatkan kejadian buruk itu kepada setan. Kita bisa belajar untuk memperbaiki hubungan yang mungkin sempat renggang dengan keluarga, teman, atau kolega.

12. Mempersiapkan Warisan Spiritual

Yusuf memahami bahwa semua yang ia miliki adalah pemberian Allah. Di usia ini, seseorang bisa mulai fokus pada warisan kebaikan yang akan ditinggalkan, seperti ilmu, amal, dan keteladanan bagi generasi berikutnya.

Next Ayat

Untuk menjaga konsistensi dalam menjalani proses self-healing ini, mari kita lanjutkan dengan memahami betapa Allah perencana terbaik, Mahakaya, dan Mahaperkasa. Kita akan melaluinya dengan tadabbur  Surat Al Qasas ayat 7 dan Al Fatir ayat 15 di Quran Journaling Day 20 & 21!

وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْۚ اِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ
Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia (Musa). Jika engkau khawatir atas (keselamatan)-nya, hanyutkanlah dia ke sungai (Nil dalam sebuah peti yang mengapung). Janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih. Sesungguhnya Kami pasti mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang rasul.”

۞ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ اِلَى اللّٰهِۚ وَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ
Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah. Hanya Allah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji.

Kesimpulan

Dari dua ayat ini, kita belajar bahwa hidup adalah perjalanan panjang yang penuh dengan ujian dan permusuhan, tetapi dengan iman, kesabaran, dan akhlak yang baik, Allah akan membimbing kita menuju akhir yang penuh kemuliaan, tanpa trauma dan drama. Tidak peduli di usia berapa pun, ada hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Yusuf untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah dan bijak merespon perlakuan toxic dan kebencian.

Referensi

  • Tafsir Kemenag An Nisa 25
  • Tafsir Kemenag Yusuf 100
  • Tafsir Ibnu Katsir An Nisa 25
  • Tafsir Ibnu Katis Yusuf 100
  • Tafsir Al Muyassar Yusuf 100
  • Tafsir Al Muyassar An Nisa 25
  • Tafsir As Sa’di An Nisa 25
  • Tafsir As Sa’di Yusuf 100
  • Tafsir Web Al An Nisa 25
  • Tafsir Web Yusuf 100