Belajar dari Kesalahan: Tadabbur Surat Al-Hadid Ayat 23 untuk Self Healing dan Pengembangan Diri

Published by: Aryanty | Date: 18 January 2025

Quran Journaling Day 7: Mengambil Pelajaran dari Kesalahan

Terkadang, aku merasa berat banget kalau  ingat kesalahan yang pernah aku buat, apalagi kalau dampaknya besar ke hidup aku atau orang lain. Tapi ternyata, kalau kita mau belajar dari kesalahan itu, justru di situ ada proses healing dan pengembangan diri.

Nah, di Quran Journaling Day 7 ini, mari kita tadabbur surat Al-Hadid ayat 23. Ayat ini mengajarkan kita untuk gak terlalu sedih atas apa yang hilang, atau terlalu bangga dengan apa yang kita punya, karena semuanya adalah bagian dari rencana Allah untuk kebaikan kita. Yuk, kita refleksi bareng!

 

Quote The Ayat

لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ

(Yang demikian itu kami tetapkan) agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Understand The Context and Tafsir

The Context

Surat Al Hadid ayat 23 tidak memiliki sebab khusus (asbabun nuzul) yang dicatat secara spesifik dalam riwayat hadis. Namun, Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., M.A., mengatakan bahwa ayat 23 turun sebagai lanjutan dari Surat Al Hadid ayat 20, 21, 22 dan sebelumnya. Dimana, pada ayat 19 Allah menyerukan sedekah di saat manusia lebih senang untuk berkompetisi dengan perkebunannya, perdagangannya, memperbanyak harta, juga keturunannya.

Maka mulai ayat 20 inilah Allah menekankan hakekat keadaan dunia yang mereka kumpulkan sebagai permainan, senda gurau, perhiasan untuk berbangga-bangga saja, dan kesenangan palsu. Perilaku buruk yang merupakan ciri hedonisme tersebut kelak akan merugikan manusia, layaknya tanaman hijau yang membanggakan petaninya, namun kemudian menjadi kering dan hancur tanpa bisa dipanen di akhirat.

Sementara itu, seandainya saja manusia mengikuti seruan Allah untuk berlomba-lomba dalam mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya, niscaya manusia akan mendapatkan surga, sebagaimana tercantum pada ayat 21.

Sehingga, dikatakan pada ayat 22 bahwa, sebagaimana tercatat sebagai takdir dalam Lauh Mahfudz, dunia itu merupakan bala/ujian/fitnah bagi semua manusia. Bahkan apa yang terjadi di bumi dan masing-masing manusia merupakan musibah, baik bagi yang taat maupun durhaka kepada Allah.

Terkait penetapan takdir tersebut, Allah berfirman pada ayat 23 agar manusia tidak bersedih atas hal duniawi yang luput dari mereka, karena memang tidak ditakdirkan untuknya. Sekiranya sudah ditakdirkan, jelas mereka akan memperolehnya. Begitupun, ketika mendapatkan kenikmatan, tidak serta merta membuat mereka bahagia secara berlebihan.

The Tafsir

Surat Al-Hadid ayat 23 mengajarkan pentingnya sikap tawakal, syukur, dan sabar terhadap ketetapan Allah (takdir). Berikut poin-poin tafsir dari berbagai sumber:

1. Semua Peristiwa Sudah Ditetapkan

Allah menetapkan segala sesuatu sebelum kejadiannya, termasuk nikmat dan musibah. Ini mengajarkan kita untuk menerima takdir dengan lapang dada, baik berupa kebahagiaan maupun kesedihan. (Tafsir Kemenag, Ibnu Katsir, Al-Muyassar, As-Sa’di)

2. Sikap Terhadap Musibah dan Nikmat

Jangan terlalu bersedih terhadap apa yang luput, karena jika sudah ditakdirkan untuk terjadi, maka itu pasti akan terjadi.

Jangan pula terlalu bangga terhadap apa yang diberikan, karena nikmat itu berasal dari Allah, bukan semata hasil usaha sendiri. (Tafsir Kemenag, Ibnu Katsir, Al-Muyassar)

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Ketahuilah, apa yang luput darimu tidak akan pernah menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan pernah luput darimu.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

3. Larangan Berlebihan

Ayat ini melarang kesedihan dan kegembiraan yang berlebihan. Sebaliknya, dianjurkan untuk bersyukur saat mendapatkan nikmat dan bersabar saat menghadapi musibah. (Tafsir Kemenag, As-Sa’di)

4. Allah Tidak Menyukai Kesombongan

Orang yang sombong karena nikmat yang dimilikinya dan memamerkannya kepada orang lain adalah orang yang dibenci Allah. Kesombongan ini biasanya disertai sifat kikir, enggan berbagi nikmat di jalan Allah dan suka menyusahkan orang lain. (Tafsir Kemenag, Ibnu Katsir, Al-Muyassar, As-Sa’di)

5. Hikmah dari Takdir Allah

Takdir Allah mengajarkan manusia untuk tidak terlalu tamak terhadap dunia, melainkan sibuk bersyukur atas nikmat-Nya dan mencegah azab dengan ketaatan. (Tafsir As-Sa’di)

6. Keistimewaan Ayat Ini

Prof. Dr. Quraish Shihab menerangkan bahwa Allah menurunkan ayat 23 untuk menyadarkan manusia supaya tidak terlalu sedih jika tertimpa musibah dan sombong saat sedang “di atas angin”. Sebab bagi orang taat, musibah merupakan peringatan untuk meningkatkan derajatnya, sementara bagi orang durhaka, itu adalah momen untuk bertaubat dan menjadi muslim versi terbaiknya.

Ayat ini mengingatkan agar kita menerima takdir Allah dengan hati yang ikhlas, baik dalam kesedihan maupun kebahagiaan. Sikap terbaik adalah bersyukur atas nikmat dan bersabar atas musibah, tanpa berlebihan atau menyombongkan diri. Allah mencintai hamba yang rendah hati dan bertawakal.

Reflection

Saat tadabbur Surat Al-Hadid ayat 23, aku jadi bertanya-tanya pada diri sendiri.

  1. Tentang Takdir dan Penerimaan
    • Apakah aku sudah menerima bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan ketetapan Allah?
    • Bagaimana caraku menyikapi hal-hal yang tidak sesuai harapan?
  2. Tentang Musibah dan Kesedihan
    • Ketika sesuatu yang aku harapkan tidak terjadi, apakah aku terlalu larut dalam kesedihan?
    • Apakah aku memahami bahwa setiap musibah adalah bagian dari rencana terbaik Allah untukku?
  3. Tentang Nikmat dan Kegembiraan
    • Apakah aku merasa sombong atau terlalu berbangga diri saat mendapatkan nikmat?
    • Sudahkah aku bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan?
    • Apakah aku menggunakan nikmat tersebut di jalan yang Allah ridhai?
  4. Tentang Keikhlasan dan Sifat Sombong
    • Apakah aku sering merasa bahwa semua pencapaian aku semata-mata hasil usahaku sendiri?
    • Apakah aku pernah membanggakan diri atas sesuatu tanpa mengingat bahwa itu adalah pemberian Allah?
  5. Tentang Sikap dan Hati
    • Bagaimana aku melatih diri untuk tidak berlebihan dalam bersedih atau bergembira?
    • Apakah aku telah memanfaatkan keadaan yang aku alami untuk mendekatkan diri kepada Allah?
  6. Tentang Hubungan dengan Orang Lain
    • Apakah aku pernah memamerkan nikmatku kepada orang lain dengan cara yang menyakitkan hati mereka?
    • Bagaimana aku bisa lebih peka terhadap perasaan orang lain dan tidak memunculkan kesan sombong?

Dengan pertanyaan-pertanyaan ini, tadabbur menjadi cara untuk mengevaluasi sikap dan meningkatkan kualitas diriku sesuai dengan pesan ayat tersebut.

Apply to Life

What will I do for my life?

Berikut adalah penerapan dari tadabbur Surat Al-Hadid ayat 23 dalam kehidupan kita sehari-hari.

1. Menerima Takdir dengan Lapang Dada

  • Belajar menerima kegagalan dalam studi, pekerjaan, atau hubungan sebagai bagian dari rencana terbaik Allah.
  • Bersikap bijak dalam menghadapi perubahan hidup seperti tantangan keluarga atau karier.
  • Menjadikan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran, menerima keadaan saat ini dengan rasa syukur dan introspeksi.

2. Mengelola Emosi: Tidak Berlebihan dalam Sedih dan Gembira

  • Belajar tidak terlalu larut dalam kesedihan saat kehilangan kesempatan atau kegagalan, dan tidak terlalu bangga atas pencapaian awal.
  • Tetap tenang saat menghadapi tekanan hidup, seperti masalah pekerjaan atau pendidikan anak.
  • Mengontrol kegembiraan dan kesedihan, menyadari bahwa semua hal, baik itu pencapaian dan keturunan adalah ujian dari Allah.

3. Melatih Syukur atas Nikmat yang Diberikan

  • Mulai membiasakan bersyukur atas kesehatan, pendidikan, dan dukungan keluarga.
  • Mensyukuri stabilitas ekonomi dan keluarga serta berbagi rezeki dengan orang lain.
  • Meningkatkan rasa syukur dengan berbagi pengalaman hidup dan memberikan manfaat kepada generasi muda dengan bijaksana.

4. Menghindari Sifat Sombong dan Bangga Diri

  • Tidak memamerkan pencapaian di media sosial secara berlebihan.
  • Menghindari kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain untuk merasa lebih baik.
  • Menjadi teladan dalam kesederhanaan dan tidak merasa lebih unggul karena pengalaman atau pencapaian.

5. Memanfaatkan Nikmat untuk Kebaikan

  • Menggunakan waktu, tenaga, dan pengetahuan untuk belajar dan berkarya sebagai generasi akhir zaman.
  • Menjadikan rezeki, waktu, dan tenaga untuk membangun keluarga yang berkah, bukan hanya mengejar karir.
  • Menggunakan pengalaman dan kelebihan yang dimiliki untuk menginspirasi dan membantu sesama selagi masih ada usia.

6. Membangun Kesadaran tentang Ujian Hidup

  • Melatih diri untuk memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar.
  • Menyadari bahwa ujian hidup adalah cara Allah menguatkan diri dan mendewasakan jiwa.
  • Memaknai ujian sebagai tanda kasih Allah yang mengingatkan untuk lebih mendekat kepada-Nya.

Penerapan ini membantu kita untuk menjalani hidup dengan sikap yang lebih positif, sabar, dan penuh syukur kepada Allah.

Next Ayat

Mari kita lanjutkan proses healing melalui quran journaling berikutnya dengan mendalami surat Al Ankabut ayat 69 untuk memperbaiki diri menjadi versi terbaik.

Kesimpulan

Hari ke tujuh ini kita dapat mengambil pelajaran melalui quran journaling surat Al Hadid ayat 23 bahwa, kehidupan ini penuh dengan pasang surut, dan kita tidak boleh terlalu larut dalam kesenangan atau kesedihan. Sikap yang bijak adalah menerima segala sesuatu dengan ikhlas sebagai takdir Allah, apa lagi segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara. Yakinlah bahwa Allah selalu bersama kita dan selalu memberikan yang terbaik bagi kita. Dengan keyakinan ini, kita akan mampu melewati segala kesulitan dan meraih kebahagiaan sejati di akhirat kelak.

Referensi (Klik)

Penerimaan Diri dengan Surat Al Baqarah 286

Published by: Aryanty | Date: 17 January 2025

Quran Journaling Day 6: Menerima Diri Seutuhnya

Gak terasa tahap menyadari dan mengakui luka sudah selesai sampai quran journaling day 5. Dari kelima hari itu, kita jadi sadar gak sih, bahwa setiap luka yang kita alami, baik yang berasal dari kesalahan orang lain maupun diri sendiri, sering kali meninggalkan jejak mendalam di hati. Kini tiba saatnya sepenuhnya memaafkan demi mental yang sehat dan bahagia.

Memaafkan bukanlah perkara mudah, tetapi penerimaan diri seutuhnya adalah langkah awal yang penting dalam proses self healing ini. Di hari ke enam, surat Al-Baqarah ayat 286 mengingatkan kita bahwa, Allah tidak membebani seseorang melampaui kesanggupannya.

Melalui ayat ini, kita diajarkan untuk menerima takdir, mengakui kelemahan, dan berserah kepada-Nya, sehingga hati menjadi lebih ringan untuk memaafkan diri sendiri dan orang lain. Tadabbur ayat ini akan membantu kita memahami bahwa setiap ujian adalah bagian dari kasih sayang Allah Ta’ala dalam menguatkan dan menyembuhkan jiwa.

Quote The Ayat

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْقَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ  وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الۡكٰفِرِيۡنَ

Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir.

Understand The Context and Tafsir

The Context

Asbabun Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 286

Kisah turunnya ayat ini diceritakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah. Saat ayat sebelumnya (Al-Baqarah: 284) turun, ayat tersebut menyebutkan bahwa Allah akan menghitung segala sesuatu yang kita lakukan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi dalam hati. Hal ini membuat sebagian sahabat merasa khawatir dan berat hati.

Mereka pun mengadu kepada Rasulullah, “Kami merasa tugas ini terlalu berat untuk kami jalani.”

Namun, Rasulullah menenangkan mereka dan berkata, “Apakah kalian ingin berkata seperti Bani Israil yang berkata, ‘Kami dengar tetapi kami tidak taat’? Ucapkanlah, ‘Kami dengar dan kami taat, ampuni kami wahai Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.’

Setelah itu, Allah mengabulkan doa mereka dan menurunkan ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah ini (ayat 286), yang menjadi pelipur bagi para sahabat. Ayat ini mengajarkan bahwa Allah tidak membebani hamba-Nya melampaui batas kemampuan mereka dan selalu memberikan pengampunan bagi yang memohon.

The Tafsir

Berikut ringkasan Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 286 dari berbagai sumber.

  • Agama itu Mudah
    Allah tidak memberikan beban kepada manusia di luar kesanggupannya. Apa yang kita lakukan, baik atau buruk, akan mendapatkan balasan sesuai amal tersebut. Segala kebaikan yang diniatkan, meski belum dilakukan, juga dicatat sebagai pahala.
  • Doa sebagai Bentuk Kasih Sayang Allah
    Ayat ini mengajarkan kita doa untuk meminta ampunan dan memohon agar tidak dibebani seperti umat sebelumnya yang diberi tugas berat. Allah juga mengajarkan kita untuk memohon keringanan, ampunan, dan rahmat agar lebih mudah menjalani perintah-Nya.
  • Keringanan dalam Ibadah
    Allah memberikan keringanan bagi umat-Nya, seperti dalam hal beribadah saat sakit atau bepergian. Bahkan, dosa karena lupa atau tidak sengaja dimaafkan oleh Allah, seperti lupa membaca basmalah atau melakukan hal yang tidak disengaja.
  • Pahala dari Kebaikan dan Siksa dari Kejahatan
    Kebaikan yang kita lakukan, sekecil apa pun, pasti dihargai oleh Allah. Sebaliknya, keburukan yang dilakukan akan mendapat balasan kecuali jika Allah mengampuni. Islam mendorong kita untuk memperbanyak amal baik yang sesuai dengan fitrah manusia.
  • Fitrah Manusia Cenderung pada Kebaikan
    Manusia diciptakan dalam keadaan suci dan lebih mudah melakukan kebaikan daripada keburukan. Namun, jika berbuat buruk, biasanya ada rasa bersalah, takut, atau khawatir diketahui orang lain, yang akhirnya mendorongnya untuk berhenti.
  • Doa Memperkuat Amal
    Doa yang diajarkan dalam ayat ini adalah wujud ketulusan hati kita untuk meminta pertolongan Allah. Doa bukan sekadar kata-kata, tapi harus diiringi usaha dan tindakan nyata dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
  • Pertolongan Allah untuk Kaum Mukminin
    Doa yang diajarkan di akhir ayat meminta Allah untuk menolong kita menghadapi orang-orang yang menentang keimanan. Pertolongan ini bukan hanya dalam kemenangan dunia, tetapi juga kemenangan di akhirat.
  • Keistimewaan Ayat Ini
    Menurut Dr., Dr. (Hc.) Ustadz Adi Hidayat, Lc., M.A., membaca Al Fatihah dan dua ayat terakhir Surat Al-Baqarah (285 dan 286) di awal doa dapat menggugurkan dosa, mengabulkan doa, baik untuk memperbaiki urusan dunia maupun akhirat, dengan catatan cara dan doanya benar, tidak diselimuti maksiat. Selain itu, jika membacanya sebelum tidur disebutkan cukup sebagai perlindungan, menambah ketenangan dan kekhusyuan dalam beribadah.

Ayat ini menunjukkan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalaam, memberikan kelonggaran, dan mengajarkan kita untuk tetap berpegang teguh pada Al Qur’an.

Reflection

Saat membaca tafsirnya, hati ini tergerak untuk bertanya:

  • Apakah aku telah benar-benar berserah diri kepada Allah?
  • Sudahkah aku meyakini bahwa setiap ujian yang Allah tetapkan tidak melampaui batas kemampuanku?
  • Bagaimana aku menyikapi ujian dalam hidup ini?
  • Apakah aku melihatnya sebagai bentuk kasih sayang Allah untuk mendekatkan saya kepada-Nya, atau justru aku mengeluh dan merasa putus asa?
  • Apakah aku sudah memohon ampunan dan rahmat Allah dengan sungguh-sungguh?
  • Dalam ayat ini, Allah mengajarkan doa untuk meminta ampunan, tidak membebani dengan hal yang memberatkan, dan memohon pertolongan. Sudahkah aku rutin memanjatkan doa ini dengan sepenuh hati?
  • Apakah aku memaafkan diri sendiri dan orang lain sebagaimana Allah Maha Pengampun?
  • Jika Allah yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna memaafkan hamba-Nya, apakah aku masih menyimpan dendam atau terus menyalahkan diri sendiri atas masa lalu?
  • Apakah aku yakin bahwa setiap kesulitan membawa kemudahan?
  • Apakah keyakinan aku terhadap janji Allah ini cukup kuat untuk membuat saya terus berjuang dalam menghadapi hidup?

Apply to Life

What will I do for my life?
  • Berserah Diri Sepenuhnya kepada Allah
Saat menghadapi tekanan kerja, studi, atau bisnis, aku  yakin bahwa segala kesulitan yang saya alami tidak akan melebihi kemampuanku.
Aku berhenti menyalahkan diri sendiri ketika gagal dan fokus pada usaha terbaik sambil berdoa agar Allah memberikan jalan keluar terbaik.
  • Menyikapi Ujian dengan Sabar dan Yakin
Ketika menghadapi konflik keluarga atau pertemanan, aku berusaha sabar dan yakin bahwa masalah ini adalah ujian untuk mendewasakanku.
Dalam situasi sulit seperti kehilangan pekerjaan, aku tetap percaya bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik untukku.
  • Memohon Ampunan dan Rahmat Allah

Aku rutin memperbaiki hubungan dengan Allah dengan memperbanyak istighfar setiap hari, terutama setelah shalat.

Ketika merasa bersalah karena kesalahan masa lalu, aku segera bertobat dan meminta ampun tanpa menunda, sambil memperbaiki hubungan dengan orang yang mungkin aku sakiti.

  • Memaafkan Diri Sendiri dan Orang Lain

Ketika merasa kecewa dengan orang lain atau diri sendiri, aku mengambil waktu untuk refleksi, memahami bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna.

Aku memilih untuk melepaskan rasa dendam kepada orang yang pernah menyakitiku, karena memaafkan adalah cara terbaik untuk menemukan kedamaian hati.

  • Yakin Setiap Kesulitan Membawa Kemudahan

Saat menghadapi tekanan finansial, aku tetap berusaha dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberi rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.

Ketika menghadapi masalah kesehatan atau tekanan mental, aku tetap berdoa dan mencari pertolongan profesional sebagai ikhtiar sambil yakin Allah mempermudah kesembuhan.

Insyaallah, aplikasi ayat ini membantu kita menjalani kehidupan dengan lebih tenang, optimis, dan penuh kesadaran akan kasih sayang Allah dalam setiap aspek kehidupan.

Next Ayat

Untuk melanjutkan proses healing melalui quran journaling ini, selanjutnya kita akan mendalami surat Al Hadid ayat 23 untuk belajar mengambil pelajaran dari kesalahan.

Kesimpulan

Hari keenam (pertama di chapter 2) ini adalah tentang penerimaan diri melalui quran journaling surat Al Baqarah ayat 286. Aplikasi ajaran ayat ini akan membantu kita menjalani hidup dengan lebih optimis, sabar, dan penuh kesadaran akan rahmat Allah.

Referensi (Klik)

Harapan Itu Ada: Mengakui Luka Sebagai Awal Self-Healing Melalui Tadabbur Qur’an Surat Az Zumar Ayat 53

Quran Journaling Day 5 Bersama SAHAL

Published by: Aryanty | Date: 15 January 2025

Hidup tidak selalu berjalan mulus, dan ada kalanya kita merasa gagal atau bahkan terlalu terluka karena kesalahan masa lalu. Dalam proses self-healing, langkah awal yang penting adalah menyadari dan mengakui luka kita. Tapi, bagaimana jika rasa bersalah terlalu besar hingga kita merasa tidak layak untuk berharap? Ayat berikut dari Al-Qur’an hadir dengan pesan yang luar biasa indah.

1. Quote the Ayat

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'” (QS. Az-Zumar: 53)

2. Understand the Context & Tafsir

Ayat ini adalah panggilan kasih dari Allah kepada semua hamba-Nya yang merasa telah tenggelam dalam dosa. Dalam tafsir, dijelaskan bahwa banyak orang merasa putus asa karena dosa-dosa mereka, seolah-olah jalan kembali kepada Allah telah tertutup. Namun, Allah mengingatkan kita bahwa rahmat-Nya tidak berbatas, dan pintu ampunan-Nya selalu terbuka bagi siapa saja yang mau kembali.

Allah bahkan menyebut orang-orang yang banyak melakukan dosa sebagai “hamba-Ku,” menunjukkan betapa lembut dan penuh kasih-Nya Allah. Pesan ini adalah pengingat bahwa seburuk apapun masa lalu kita, harapan untuk memperbaiki diri dan mendapatkan ampunan Allah selalu ada.

Sebagaimana Dr. Mokhammad Yahya, Ph.D. menyampaikan pada kuliah Tadabbur QS Az-Zumar ayat 53 bahwa, ayat ini menyampaikan pesan mendalam tentang kasih sayang Allah yang tidak terbatas bagi hamba-Nya, bahkan yang telah melakukan dosa besar (irtikabu kabaair) sekalipun.

Ayat ini diturunkan terkait keputusasaan Wahsyi, pembunuh Hamzah radhiallahu ‘anhu, yang merasa tidak layak masuk Islam karena telah melakukan tiga dosa besar: membunuh, berzina, dan syirik. Wahsyi merasa dosa-dosanya terlalu besar untuk diampuni, tetapi Allah justru memanggil para pendosa dengan panggilan penuh kasih, “Wahai hamba-hamba-Ku.” Tak hanya itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun memaafkannya dengan syarat jangan memperlihatkan wajahnya lagi di hadapan Beliau agar tidak mengingatkan kembali akan kehilangan pamannya, Hamzah radhiallahuanhu.

Pesan utama dari ayat ini adalah bahwa Allah Malikul Mulk, sebagai Raja segala raja, menunjukkan kelembutan dan penghormatan luar biasa kepada hamba-Nya. Allah tidak memanggil manusia dengan label dosa mereka, seperti “si tukang riba”, “si pelaku bully”, “si doyan ghibah”, atau “si pendosa,” melainkan dengan panggilan mesra, “wahai hamba-Ku.” Hal ini menunjukkan betapa Allah tetap mengakui dan merangkul hamba-Nya, meskipun mereka telah tidak menghormati-Nya (respect) sebab melanggar batas-batas-Nya (aturan syari’at).

Ayat ini juga menjadi peringatan bagi mereka yang meremehkan dosa dengan mengatakan, “Tidak apa-apa, nanti saja bertaubat.” Sikap seperti itu adalah godaan setan, yang awalnya memberikan harapan palsu untuk terus berdosa, tetapi kemudian menanamkan keputusasaan. Padahal Allah dengan rahmat-Nya yang luas memberikan solusi sederhana: “Kalau kamu salah, ya minta maaf.” Allah tidak hanya menawarkan ampunan tetapi juga rahmat-Nya berupa surga bagi hamba yang benar-benar bertaubat, namanya juga manusia, yang suka lupa dan khilaf.

Kesempatan besar yang Allah berikan ini seharusnya membuat hati kita meleleh. Bayangkan, manusia seringkali sulit memaafkan kesalahan, bahkan orang tua pun mungkin memutuskan hubungan dengan anaknya yang berbuat salah. Namun, Allah, Al-Ghafur dan Ar-Rahim, selalu membuka pintu maaf dan menyayangi hamba-Nya tanpa henti. Karena itu, kita diajarkan untuk berharap yang besar dari Allah—bukan sekadar ampunan, tetapi juga surga Firdaus, surga tertinggi yang Allah sediakan bagi hamba-hamba-Nya yang kembali kepada-Nya.

3. Reflection

Jika kamu merasa terlalu sering gagal, terjatuh, atau bahkan tidak layak berharap, ingatlah ayat ini. Allah memanggilmu untuk tidak menyerah dan memulai kembali. Mengakui luka bukan berarti kita lemah, tapi justru menjadi awal untuk menemukan kekuatan sejati.

Terkadang, rasa bersalah menjadi tembok besar yang menghalangi langkah kita. Namun, QS Az-Zumar: 53 ini adalah pelajaran bahwa Allah tidak pernah lelah untuk menerima hamba-Nya yang ingin kembali. Perlu kita ingat, “to err is human, to forgive is angelic.

Jadi, apakah kita mau terus mengingat kesalahan diri sendiri dan kejahatan orang lain kepada kita? Atau kita mau menjadi manusia berhati malaikat yang mudah memaafkan orang lain, apalagi diri sendiri? Be nice to yourself.

4. Apply to Life

Bagaimana kita bisa menerapkan pelajaran dari ayat ini dalam hidup sehari-hari? Berikut beberapa tahapannya.

  • Akui luka dan kesalahan: Tuliskan apa yang selama ini membuatmu merasa gagal dan tidak layak mendapatkan kebaikan Allah. Mengakui luka adalah langkah pertama untuk menyembuhkannya.
  • Berdoa dengan sepenuh hati: Curahkan semua perasaanmu kepada Allah. Mintalah ampunan-Nya dan percayalah bahwa Dia Maha Pengampun. Ridho lah atas segala ketetapan-Nya dan minta solusi seperti teladan Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallaam dengan mengucapkan, “rhoditu billaahi robba, wa bil islaami diina, wa bi muhammadin nabiya wa rosuula.”
  • Buat langkah nyata untuk berubah: Mulailah dengan hal kecil, seperti meningkatkan ibadah harian, berbuat baik pada orang lain, atau belajar memaafkan diri sendiri dan orang lain.
  • Berbaik sangka kepada Allah: Percayalah bahwa Allah tidak hanya mengampuni, tetapi juga memberikan jalan keluar yang terbaik untuk setiap masalahmu.
  • Konsisten dalam perbaikan diri: Bangun kebiasaan baik sedikit demi sedikit. Setiap perubahan kecil adalah kemenangan besar.

5. Next Ayat

Untuk melanjutkan perjalanan ini, kita akan menjelajahi QS Al-Baqarah: 286. Ayat tersebut akan menjadi jembatan untuk belajar langkah konkret memaafkan diri sendiri dan orang lain. Karena, dalam self-healing, memaafkan adalah salah satu tahapan penting untuk melangkah ke depan.

Penutup

Proses self-healing memang tidak instan, tapi Allah selalu hadir untuk membimbing kita. QS Az-Zumar: 53 adalah pengingat penuh cinta bahwa seberapa besar luka dan dosa kita, rahmat Allah selalu lebih besar. Jangan pernah berputus asa untuk berubah, karena harapan itu selalu ada.

Sampai jumpa di Quran Journaling selanjutnya dengan QS Al-Baqarah: 286!

Referensi (Klik)

https://quranhadits.com/quran/39-az-zumar/az-zumar-ayat-53/

https://quran.nu.or.id/az-zumar/53

https://tafsirweb.com/8715-surat-az-zumar-ayat-53.html

Youtube Kajian Tafsir QS Az Zumar:53

https://tafsiralquran.co.id/jangan-pernah-putus-asa-tafsir-az-zumar-53

 

Mengelola Kesedihan Sebagai Perjalanan Self-Healing Bersama Surat Ali Imran Ayat 139

Quran Journaling Day 4 Bersama SAHAL

Published by: Aryanty | Date: 15 January 2025

Saat rasa sedih melanda, rasanya berat sekali untuk bangkit, ya? Seperti ada beban tak terlihat yang terus menekan. Namun, tahukah kamu bahwa Allah telah memberikan pelajaran yang luar biasa dalam Al-Qur’an untuk membantu kita mengelola kesedihan? Yuk, kita bahas Surat Ali Imran ayat 139 sambil QURAN Journaling bersama Sahal (Sahabat Al Qur’an).

1. Quote the Ayat

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“Janganlah kamu merasa lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi derajatnya jika kamu orang-orang mukmin.”

Ayat ini turun sebagai penghiburan kepada para sahabat Nabi yang mengalami kekalahan dalam Perang Uhud. Meski momen tersebut penuh luka, Allah mengingatkan mereka bahwa sebagai orang beriman, mereka tetap memiliki derajat yang tinggi. Pesan ini juga berlaku untuk kita.

Allah memerintahkan kita untuk tidak lemah atau larut dalam kesedihan. Ayat ini mengingatkan bahwa kesedihan adalah bagian dari ujian, tapi jangan sampai membuat kita kehilangan arah.

Ketika hati terasa sesak oleh kesedihan, ayat ini seperti pelukan hangat yang berkata, “Kamu kuat. Jangan biarkan kesedihan membuatmu tenggelam”

 

2. Understand the Context & Tafsir

Dalam kitab Tafsir dijelaskan bahwa, ayat ini memberikan semangat kepada umat Islam setelah kekalahan di Perang Uhud pada 15 Syawal 3 Hijriyah, padahal sebelumnya memenangkan Perang Badar pada 17 Ramadhan 2 Hijriyah. Namun, kelemahan dan kesedihan bukanlah akhir dari segalanya. Allah mengajarkan bahwa kita tetap mulia di sisi-Nya jika menjaga keimanan.

Ustadz Zainul Arifin, Lc. menjelaskan dari ayat ini Allah menyisipkan hikmah bahwa:

  • Segala nikmat dan musibah di dunia ini fana, maka sudah sunatullah seseorang akan merasakan suka dan duka silih berganti.
  • Allah memfilter mana hamba yang beriman dan mana yang munafik dengan fitnah (ujian), sebagaimana “memisahkan emas dari tanah”. Orang mukmin akan bersabar menerima takdir, sementara orang munafik mengutuk musibah yang berarti tidak menerima takdir dari Allah.

Dengan demikian, kesedihan itu wajar, tapi jika dibiarkan, ia justru melemahkan tubuh dan jiwa. Tafsir As-Sa’di menekankan bahwa kesedihan yang berkepanjangan hanya akan memperparah keadaan, sementara harapan kepada Allah adalah obat yang memulihkan.

3. Reflection

Coba ingat saat kamu menghadapi masalah berat. Bukankah kesedihan itu kadang membuat kita lupa pada potensi dan kekuatan yang Allah berikan? Ayat ini mengajak kita untuk kembali berdiri, mengingat bahwa sebagai seorang mukmin, kita tidak sendirian. Ada Allah yang selalu mendukung.

Dalam perjalanan self-healing, kesedihan bukan untuk diabaikan, melainkan dikelola. Jadikan ayat ini pengingat bahwa kamu berharga di mata Allah, terlepas dari apapun ujian yang kamu alami dan seburuk apapun pandangan manusia kepadamu.

4. Apply to Life

  • Ketika kesedihan datang, beri waktu untuk menangis, tapi jangan lama-lama. Tuliskan apa yang kamu rasakan dalam jurnal.
  • Bacalah doa dan dzikir penguat hati, seperti hasbunallah wa ni’mal wakil atau dzikir anti-sakit dan masalah.
  • Mulai buat daftar langkah kecil untuk bangkit. Misalnya, menelepon teman dekat atau melakukan hal-hal kecil yang membuatmu bahagia.
  • Selalu ingat bahwa Allah memberi ujian ini untuk menjadikanmu lebih kuat.

5. Next Ayat

Perjalanan self-healing ini tidak berhenti di sini. Yuk, lanjutkan dengan membaca Surat Az-Zumar ayat 53:

“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah…”

Maka…

Mengelola kesedihan adalah bagian dari proses self-healing. Surat Ali Imran ayat 139 memberikan pesan bahwa kamu tidak lemah, kamu tidak sendiri, dan kamu selalu memiliki harapan selama imanmu terjaga.

Jangan lupa, setiap ikhtiar kecil yang kamu ambil adalah bentuk ketaatan dan keyakinan kepada Allah. Yuk, terus bangkit dan jadikan Qur’an sebagai sahabat dalam setiap perjalanan hidupmu.

Mari bersiap melanjutkan refleksi kita ke Surat Az-Zumar ayat 53. Sampai jumpa di Quran Journaling berikutnya!

Quran Journaling Day 3 Bersama Sahal

Tadabbur Published by: Aryanty | Date: 14 January 2025

Mengembangkan Potensi Diri dan Healing Lewat Quran Journaling Day 3: Tadabbur Surat Ar-Rum Ayat 54

Bismillah, yuk kita bahas satu ayat yang sarat makna dari surat Ar-Rum ayat 54. Ayat ini bukan hanya mengingatkan tentang perjalanan hidup manusia, tapi juga bisa jadi inspirasi buat kita untuk mengenal potensi diri, sekaligus jadi healing therapy lewat Quran journaling.

Quote the Ayat

 اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ

Allah berfirman:

“Allah adalah Zat yang menciptakanmu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan(-mu) kuat setelah keadaan lemah. Lalu, Dia menjadikan(-mu) lemah (kembali) setelah keadaan kuat dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.”

(QS. Ar-Rum: 54)

Terjemahan lafdziah QS Ar Rum 54

Understand the Context

Menurut Ustadz Dr. Mustafa Umar, Lc., M.A. ayat ini menggambarkan perjalanan hidup manusia dari bayi yang lemah, menjadi dewasa yang kuat, hingga kembali lemah di masa tua. Proses ini tidak terjadi tanpa hikmah; Allah menciptakan setiap fase kehidupan untuk:

  • Mengajarkan ketergantungan pada-Nya.
  • Memanfaatkan kekuatan untuk berkontribusi.
  • Menerima kelemahan sebagai bentuk tawadhu’ (rendah hati).

Reflection

1. Menemukan Makna dalam Setiap Fase Hidup

  • Lemah di awal: Bayi tak berdaya yang membutuhkan kasih sayang orang lain.
  • Kuat setelah lemah: Masa muda hingga dewasa, saat potensi fisik dan intelektual berada di puncaknya.
  • Kembali lemah setelah kuat: Masa tua yang mengingatkan bahwa kekuatan adalah titipan sementara.

Setiap fase itu penuh hikmah. Allah mengajarkan bahwa:

  • Lemahnya manusia di awal dan akhir adalah tanda bahwa kita butuh bergantung pada Allah.
  • Semasa muda orang tua merawat dan mendidik kita, maka saat mereka lemah di usia senja, giliran kita berbakti kepada orang tua. Apapun gaya parenting orang tua kita dahulu, maklumi. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang lebih baik dan memutus rantai pola asuh alakadarnya dengan ilmu yang Allah ridhoi.
  • Kekuatan di masa muda adalah kesempatan untuk berkontribusi kepada umat.

2. Masa Muda: Fase Emas untuk Berkarya

Ulama menjelaskan bahwa masa kuat dalam ayat ini merujuk pada masa muda, usia 15-40 tahun. Contoh:

  • Nabi Ibrahim: Berani menegakkan kebenaran di usia muda dengan berkonfrontasi lewat argumen bernas melawan pemimpin dzalim dan pelaku kemusyrikan.
  • Nabi Yusuf: Menjaga kehormatan dan memimpin meski masih muda, padahal kurang toxic apa 11 orang kakaknya yang membuangnya ke sumur ketika kecil. Kalau kita bandingkan dengan beliau ‘alaihi salaam, sungguh besar mental health issue yang dihadapinya daripada kita.
  • Muhammad Al-Fatih: Menaklukkan Konstantinopel di usia 21 tahun.

Di usia itu, kita sedang apa? Apa kita mau menyia-nyiakan masa emas yang tersisa ini?

Apply to Life

Quran Journaling untuk Refleksi dan Healing

Ya, quran journaling menjadi salah satu cara untuk mengaplikasikan ayat ini. Sebab, itu dapat membantu kita mengisi waktu hidup kita mentadabburi setiap ayat melalui langkah berikut.

  1. Tulis ayatnya: Catat ayat qur’an di jurnalmu.
  2. Renungkan: Apa yang ayat ini ajarkan tentang hidup?
  3. Kenali potensi: Apa kekuatan yang Allah karuniakan di fase hidupmu sekarang?
  4. Buat rencana: Tulis langkah nyata untuk memaksimalkan potensimu.
  5. Doa: Mohon bimbingan Allah agar diberi keberkahan di setiap langkah.

Next Ayat: QS Ali Imran: 139

Sebagai penguat, setelah ini, kita akan merenungkan ayat berikut.

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

(QS Ali Imran: 139)

Dua ayat ini insyaallah saling melengkapi:

  • QS Ar-Rum: 54: Mengingatkan kita tentang fase kehidupan yang Allah tentukan.
  • QS Ali Imran: 139: Memotivasi kita untuk tetap optimis dan berusaha.

Penutup

Jangan tunggu tua untuk menyadari betapa berharganya waktu. Gunakan masa muda untuk belajar, berkarya, dan mendekatkan diri kepada Allah. Jadikan Quran journaling sebagai sarana mengenal diri, healing, dan mencatat perjalanan hidup yang bermakna.

Semoga Allah terus membimbing kita semua agar berlembut hati dan senantiasa mudah mengisi waktu dengan beramal shalih. Aamiin.

Referensi (klik)

Qur’an Journaling Day 2 Bersama Sahal

Hari ke-2 Quran Journaling: Menyadari Karunia dan Rahmat Allah melalui Tadabbur QS Yunus Ayat 57-58

Published by: Aryanty | Date: 12 January 2025

Dalam proses pengembangan diri, langkah pertama yang paling penting adalah menyadari kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Kesadaran ini membantu kita memandang segala hal dengan sudut pandang yang lebih positif, ikhlas, dan tenang.
Saat kita sadar bahwa Allah selalu bersama kita, segala luka hati, kegelisahan, dan kebingungan yang kita rasakan akan lebih mudah diatasi. Salah satu cara terbaik untuk menumbuhkan kesadaran ini adalah melalui tadabbur Al-Qur’an. Hari ini, mari kita refleksikan QS Yunus ayat 57-58 yang penuh hikmah.

1. Quote the Ayah

“Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin.” (QS Yunus: 57)

Terjemahan lafdziah QS Yunus ayat 57

“Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.’” (QS Yunus: 58)

Terjemahan lafdziah QS Yunus ayat 58

2. Understanding the Context and Tafseer

Ayat 57 menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah anugerah dari Allah untuk menyembuhkan hati manusia dari berbagai penyakit, seperti iri hati, kesombongan, dan rasa putus asa. Di dalam Al-Qur’an, Allah memberikan:

  • Mauidhah: Pelajaran hidup agar kita mencintai kebenaran.
  • Syifa: Obat bagi luka hati dan jiwa.
  • Huda: Petunjuk menuju jalan yang benar.
  • Rahmah: Kasih sayang Allah untuk orang-orang beriman.

Ayat 58 menguatkan pesan ini dengan mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari harta atau kemewahan dunia, tetapi dari karunia terbesar Allah , yaitu agama Islam dan Al-Qur’an.

Menurut Buya Yahya, Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad  ﷺ  yang Allahturunkan sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada umat manusia. Ketika kita mencintai Nabi Muhammad    dan menjadikannya panutan, akan lebih mudah bagi kita untuk menjalankan perintah Allah .

3. Reflection

Jadi, ayat ini mengajari kita apa? Kalau kita sedang galau, marah, atau merasa kosong, Al-Qur’an adalah go-to solution. Allah sudah memberikan resep supaya kita tak cuma sembuh dari rasa sakit, tapi juga bisa hidup lebih damai dan bahagia.

Yuk tanya ke diri sendiri:

  • Apa aku sadar kalau hatiku butuh healing yang sebenarnya?
  • Sudahkah aku benar-benar bersyukur atas karunia Islam dan Al-Qur’an?
  • Apakah aku sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan dalam menghadapi tantangan hidup?

Ayat ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati berasal dari kedekatan kita dengan Allah, bukan dari pencapaian materi. Ketika kita hidup dengan berpegang pada petunjuk Al-Qur’an, hati kita akan merasa damai dan penuh keberkahan.

4. Apply to Life

Langkah sederhana yang bisa kita lakukan sehari-hari adalah sebagai berikut.

  • Membaca Al-Qur’an setiap hari, meskipun hanya satu ayat, untuk menjaga hati tetap dekat dengan Allah .
  • Belajar mencintai Nabi Muhammad   dengan mempelajari sunnah-sunnahnya dan menjadikannya teladan.
  • Selalu memulai aktivitas dengan doa, memohon keberkahan dari Allah sesuai adab atau etika seorang muslim.
  • Saat sedang marah atau kecewa, cari ayat yang bisa menenangkan hati.
  • Terapkan nilai-nilai Al-Qur’an ke dalam cara kita bersikap ke orang lain, agar rahmat Allah terasa juga dalam hubungan sosial.

5. Next Ayah

Untuk hari berikutnya, yuk lanjut ke QS Ar Rum ayat 54, supaya lebih memperkuat perjalanan healing ini.

6. Penutup dengan Nasihat Buya Yahya

Buya Yahya mengatakan bahwa orang yang benar-benar memahami Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad    akan lebih mudah mengikuti perintah Allah ﷻ. Mereka yang mengagungkan Nabi Muhammad   akan merasakan kedamaian hati, karena cinta kepada Rasulullah membawa seseorang pada kepatuhan dan cinta kepada Allah ﷻ. 

Hati kita memang sering luka dan hidup kadang terbentur masalah, tapi Al-Qur’an hadir untuk menyembuhkan dan menjadi solusinya. Yuk, mulai hari ini kita lebih dekat dengan Allah dan menjadikan ayat-ayat-Nya sebagai obat jiwa. Healing itu tidak harus ribet kok, asalkan kita tahu ke mana harus kembali dan jawabannya ada di Al-Qur’an.

Tantangan Hari Ini: Mulailah membaca minimal satu ayat Al-Qur’an setiap hari dan renungkan maknanya. Rasakan bagaimana kedekatan dengan Allah mampu menyembuhkan dan membahagiakan hati kita.

Qur’an Journaling Day 1 Bersama Sahal

Surat Al fatihah ayat 1 bismillahirrahmanirrahim

Hari 1: Memulai Healing dengan Surat Al-Fatihah Ayat 1

Published by: Aryanty | Date: 10 Januari 2025

Mengapa Memulai Healing dengan Qur’an Journaling?

Perjalanan pengembangan diri sering kali dimulai dari menyadari bahwa kita memiliki luka. Luka ini bisa datang dari masa lalu, hubungan, atau pengalaman hidup lainnya. Namun, menyadari saja tidak cukup; kita juga perlu mengakui keberadaannya dan mencari cara untuk menyembuhkannya. Salah satu cara terbaik untuk memulai proses ini adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui Qur’an journaling bersama Sahal (Sahabat Al Qur’an).

Pada hari pertama ini, kita akan memulai dengan Surat Al-Fatihah ayat 1, yang mengajarkan bahwa rahmat dan kasih Allah adalah awal dari segala sesuatu.

Quote The Ayat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Question?

Ketika membaca arti dari ayat ini ada pertanyaan di kepalaku. Rasanya seperti ada yang menggantung. Kok cuma “dengan menyebut nama Allah”, terus habis itu “terus apa?” “mau ngapain?”

Aha moment-nya adalah “ooohhh, Allah mengisyaratkan kita untuk ‘isilah titik-titik sebelum atau setelah lafadz Basmalah itu.’ Berarti semua kata kerja atau aktivitasku harus di dalam keridhoan Allah juga dengan Allah yang menyertainya.”

Contohnya, “bismillah aku makan”, “aku makan, bismillah”.

Apakah benar begitu? Mari kita pahami dari konteks dan tafsir para ulama.

Understand The Context and Tafsir

The Context

  • Ayat ini adalah pintu masuk ke dalam Al-Qur’an. “Bismillah” mengingatkan kita bahwa semua aktivitas, termasuk proses healing, harus dimulai dengan menyebut nama Allah.
  • Allah memperkenalkan diri-Nya melalui sifat-Nya, Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang), untuk menunjukkan bahwa kasih-Nya meliputi semua makhluk tanpa kecuali.
  • Menurut Ustadz Agus Subagio, S.Pd.I founder Yayasan Sahabat Al Qur’an (Sahal), bismillah merupakan kalimat menggantung yang “sengaja” Allah firmankan agar manusia menggunakannya sebagai penyerta setiap kata kerja yang dilakukan oleh manusia beriman. Hal ini didasari dalil berikut.

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لَايُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ أَوْ أَقْطَعُ أَوْ أَجْذَمُ

Artinya: “Setiap perkara yang mengandung kebaikan didalamnya yang tidak diawali dengan membaca ‘Bismillahirrahmanirrahim’ maka kebaikan tersebut akan terputus, yakni kurang berkah.” (Kasyifatu As-Saja, Syekh Nawawi Al-Bantani).

  • Membaca basmalah juga merupakan sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah SWT untuk Nabi SAW dan umatnya serta Malaikat Jibril dan malaikat lainnya tidak meninggalkan Basmalah.

وَلَمَّا نَزَلَ عَلَيَّ جِبْرِيْلُ بِهَا أَعَادَهَا ثَلَاثًا وَقَالَ هِيَ لَكَ وَلِأُمَّتِكَ فَمُرْهُمْ لَا يَدَعُوْهَا فِيْ شَيْءٍ مِنْ أُمُوْرِهِمْ فَإِنِّيْ لَمْ أَدَعْهَا طَرْفَةَ عَيْنٍ مُنْذُ نَزَلَتْ عَلٰى أَبِيْكَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَكَذَا الْمَلَائِكَةُ

Artinya: “Ketika Malaikat Jibril datang kepadaku dengan membawa Basmalah, maka ia mengulang Basmalah sebanyak tiga kali lalu berkata: Basmalah itu untuk engkau dan umat engkau. Maka perintahkanlah untuk tidak meninggalkan basmalah pada setiap hal, karena aku dan malaikat lainnya tidak pernah sekejap matapun meninggalkan basmalah semenjak basmalah diturunkan kepada Nabi Adam As.” (Kasyifatu As-Saja’, Syekh Nawawi Al-Bantani).

The Tafsir

  • Imam Ibnu Katsir: “Bismillah” adalah sumber keberkahan. Dengan menyebut nama Allah, kita mengundang keberkahan dalam setiap langkah hidup kita.
  • Syekh Ali As-Shabuni: “Ar-Rahman” menunjukkan kasih yang luas dan besar, sementara “Ar-Rahim” menggambarkan kasih yang abadi untuk orang-orang beriman.

Reflection

What’s in it for me?

  • Ayat ini mengingatkan bahwa Allah adalah sumber kasih dan harapan. Saat memulai proses healing, aku bisa mempercayai bahwa kasih-Nya akan membimbingku menuju ketenangan dan keberkahan.
  • Luka yang aku miliki bukanlah akhir dari segalanya. Dengan menyebut nama Allah, aku membuka diri untuk menerima kasih-Nya, yang akan menyembuhkan luka-luka batinku.

Apply to Life

What will I do for my life?

  • Memulai setiap aktivitas dengan basmalah, termasuk setiap langkah dalam perjalanan healing ini.
  • Mengingat bahwa kasih dan rahmat Allah meliputi segala hal, aku akan berusaha bersikap lebih penuh kasih kepada diri sendiri dan orang lain.
  • Membangun rutinitas Qur’an journaling untuk menguatkan hubungan spiritual dan mendapatkan bimbingan dari Al-Qur’an.

Nabi saw bersabda:

“Setiap pekerjaan penting yang tidak dimulai dengan menyebut Basmalah adalah buntung (kurang berkahnya).” (Riwayat Abdul-Qadir ar-Rahawi).

Next Ayat

Untuk melanjutkan proses healing, aku bisa mendalami ayat-ayat berikut:

  • Q.S Adh Dhuha: 3 (“Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak pula membencimu”).
  • Q.S Yunus: 57 (“Al-Qur’an adalah petunjuk, penyembuh, dan rahmat”).
  • Q.S Al-Hadid: 9 (*”Dialah yang menurunkan cahaya untuk membimbingmu keluar dari kegelapan”).

 

Baca juga dzikir penangkal sakit dan masalah di sini.