Quran Journaling Day 9 Bersama SAHAL: Tadabbur Surat Yusuf Ayat 92
Published by: Aryanty | Date: 23 January 2025
Ketika luka hati terasa begitu dalam karena pengkhianatan atau kesalahan orang lain, memaafkan bisa menjadi hal yang paling sulit dilakukan. Namun, Allah mengajarkan melalui kisah Nabi Yusuf ‘alaihi salam bahwa memaafkan adalah sifat mulia yang membawa keberkahan. Yuk, kita bahas Surat Yusuf ayat 92 sambil QURAN Journaling bersama Sahal (Sahabat Al-Qur’an).
1. Quote the Ayat
قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْ وَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ
“Dia (Yusuf) berkata, ‘Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.'”
(QS. Yusuf: 92)
Ayat ini merupakan jawaban Nabi Yusuf kepada saudara-saudaranya yang telah mengkhianatinya. Meski mereka telah menyakitinya dengan membuangnya ke sumur, menjualnya sebagai budak, hingga menuduhnya pencuri, Nabi Yusuf justru memilih untuk memaafkan tanpa celaan.
2. Understand the Context & Tafsir
Menurut Buya Yahya Ayat ini turun saat saudara-saudara Nabi Yusuf ‘alaihi salaam meminta maaf atas segala kesalahan mereka. Sebagai seorang nabi dan manusia pilihan Allah, Yusuf menunjukkan akhlak mulia dengan memberikan maaf sepenuhnya tanpa menyimpan dendam.
- Kemuliaan memaafkan: Dalam Tafsir As-Sa’di, Yusuf tidak hanya memaafkan, tapi juga tidak mengungkit kesalahan masa lalu saudara-saudaranya.
- Tetap humble: Ia menyampaikan bahwa kesuksesannya adalah karunia dari Allah karena ketakwaan dan kesabarannya.
- Doa dan harapan: Yusuf mendoakan mereka agar Allah mengampuni dosa-dosa mereka, karena Dia adalah Maha Penyayang.
- Teladan Rasulullah SAW: Nabi Muhammad SAW meneladani sikap Yusuf saat penaklukan Mekkah, dengan berkata kepada penduduk Quraisy: “Saya akan mengatakan sebagaimana saudaraku Yusuf berkata: Tidak ada cercaan terhadap kalian pada hari ini.” (HR. Bukhari).
3. Reflection
Coba ingat, pernahkah kamu merasa sulit memaafkan seseorang yang telah menyakitimu? Ayat ini mengajarkan kita bahwa memaafkan adalah bentuk keikhlasan dan kemuliaan. Yusuf tidak hanya memberi maaf, tapi juga mendoakan mereka yang pernah menyakitinya.
Dalam hidup, memaafkan mungkin terasa berat. Namun, ketika kita belajar melakukannya, hati akan terasa lebih lapang. Memaafkan bukan berarti melupakan, tetapi membebaskan diri dari beban kebencian.
Semoga pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu mengevaluasi sejauh mana kita meneladani sifat pemaaf Nabi Yusuf dan mengamalkan pelajaran dari ayat ini.
- Bagaimana sikapku terhadap orang yang pernah menyakiti atau berbuat salah kepadaku?
- Apakah aku mampu memaafkan dengan tulus, sebagaimana Nabi Yusuf memaafkan saudara-saudaranya?
- Apakah aku mudah menyimpan dendam atau justru lapang hati?
- Bagaimana caraku melatih diri untuk menghilangkan kebencian atau dendam terhadap orang lain?
- Sudahkah aku menjadikan Allah sebagai tempat utama untuk mengadu saat terluka atau kecewa?
- Apakah aku lebih sering mengeluh kepada manusia daripada menguatkan hubunganku dengan Allah?
- Apakah aku berusaha menghibur hati orang yang bersalah kepadaku, seperti Nabi Yusuf yang tidak menghukum, tetapi memberi harapan?
- Dalam situasi tertentu, apakah aku bisa mengutamakan kasih sayang daripada penghukuman?
- Bagaimana caraku menanamkan keyakinan bahwa Allah selalu memuliakan orang yang bertakwa dan sabar?
- Apakah aku sabar menghadapi ujian, sambil terus berbuat baik dan berharap hanya kepada Allah?
- Apakah aku sudah benar-benar percaya bahwa memaafkan adalah tanda kekuatan iman, bukan kelemahan?
- Apa langkah nyata yang bisa aku ambil untuk melatih kebesaran hati dalam memaafkan?
4. Apply to Life
Secara konkret, Buya Yahya memberikan langkah praktis menjadi pribadi pemaaf berikut.
- Jangan menyimpan dendam terhadap orang yang pernah menyakiti kita, tetapi maafkan mereka dan doakan kebaikan bagi mereka.
- Kesabaran dalam menghadapi ujian akan membawa keberkahan dan kesuksesan.
- Hindari mengeluh atau berbagi masalah dengan orang yang tidak dapat membantu menyelesaikan permasalahan.
- Jadilah pribadi yang pemaaf, bahkan kepada mereka yang pernah berbuat salah.
- Latih hati untuk memaafkan, mulailah dari hal kecil, seperti memaafkan kesalahan kecil orang terdekat.
- Jangan ungkit kesalahan, hindari mengingatkan orang lain akan kesalahan masa lalunya.
- Doakan kebaikan, seperti Nabi Yusuf yang mendoakan saudara-saudaranya, biasakan untuk mendoakan orang yang pernah menyakitimu.
- Belajar dari teladan nabi, renungkan bagaimana Nabi Yusuf ‘alaihi salaam dan Nabi Muhammad shalallaahu ‘alaihi wasalaam menunjukkan kelapangan hati dalam memaafkan.
5. Next Ayat
Sebagai lanjutan refleksi hari ini, mari membaca Surat Ibrahim Ayat 7 sebagai langkah penerimaan hati sepenuhnya.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Kesimpulan
Surat Yusuf ayat 92 mengajarkan bahwa memaafkan adalah wujud nyata dari keimanan dan kebaikan hati. Memaafkan bukan hanya membebaskan orang lain, tapi juga membebaskan diri sendiri dari beban kebencian.
Yuk, terus belajar dari kisah-kisah Al-Qur’an dan jadikan nilai-nilainya sebagai panduan hidup. Sampai jumpa di Quran Journaling berikutnya!